Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Kapan Ditanamkan Pendidikan Karakter?

Menjadi guru ppl di sekolah, nano-nano rasanya. Tapi satu kata yang pasti yaitu "seru". Terjun ke lapangan langsung, melihat kondisi belajar siswa dan menjadi pendidik selama proses belajar sungguh suatu kesempatan yang amat istimewa. Kita bisa mengenal mereka bukan sekadar kita masuk di mata pelajaran yang kita ampuh; seperti matematika. belajar mengajar di kelas Ada hal lain yang hari ini harus kita selipkan kepada mereka semua sebagai bekal mereka untuk ke depannya. Karakter baik yang harus ditanamkan sedari dini. Jika mereka tak mendapatkannya di lingkungan keluarga, maka lingkungan sekolah lah yang wajib menuntun mereka agar memegang karakter baik tersebut. Sebab guru adalah orang tua siswa saat berada di sekolah. Lalu karakter seperti apa yang perlu kita tanamkan kepada mereka semua? Yakni berkata jujur dan bersikap jujur. Hari ini, mencotek adalah suatu hal yang biasa dilakukan oleh siswa. Padahal kalau dipikir-pikir dari sanalah bermuara segala ketidakjujuran te

#3 Cerita Sebelum KKN (Kuliah Kerja Nyata)

Pose tolak liputan seremoni ala Adisi Baik, sini kuberitahu tentang orang-orang yang senantiasa menemani perjalananku selain teman-teman seperjuangan di kelas. Syukurnya Aku ikut salah satu organisasi yang ada di kampus. Organisasi yang seperti rumah tapi bukan rumah sesungguhnya, organisasi yang orang-orang nya kasih satu pelajaran baik padaku. Terlepas dari situ, Aku diamanahkan sebagai pemimpin redaksi yang konon katanya harus memberikan hal terbaik kepada para anggotanya terutama perihal 'membersamai'. Baik secara raga maupun hati wkwk. Namun salah satu dari dua hal itu takkan kulakukan lagi sampai menuju awal Juni 2019. Bukan karena tak ingin, namun ini demi kewajibanku menjalankan tugas negara yakni kukerta (kuliah kerja nyata). Jadilah Aku mengajak diriku setiap malam untuk berpikir mengenai ini. Aku tak sebut ini sebagai salah satu cara meninggalkan mereka (anggotaku) karena memang lah pasal raga saja yang menghalangi kami saat ini. Masalah kah? Tidak. Sel

#2 Cerita Sebelum KKN (Kuliah Kerja Nyata)

Satu persatu kekhawatiran yang berulang kali Aku pikirkan, sebaliknya memanglah harus kuselesaikan. Tak ada gunanya memikirkan suatu hal yang justru semakin merumitkan semuanya. Baiklah, akan kumulakan mengenai tuntasnya kekhawatiran pertamaku. Karena kuliah adalah salah satu prioritasku maka ada rasa yang kurang bila meninggalkan waktu kuliah meski sehari (versi anak baik budi wkwk). Dan demi hal itu, misi selanjutnya adalah mendapatkan restu perihal menggenapkan pertemuan mata kuliahku dengan dosen-dosen yang bersangkutan. Jujur saja, ada beberapa dosen yang membuatku mati kutu saat meminta izin dihadapannya. Bukan karena tidak bisa menjelaskan maksud kedatanganku menjumpainya. Namun karena respon yang dia berikan seolah-olah melumpuhkan langkah kakiku yang sudah bersemangat sekali menuju ruangannya. Bahkan saat tahu bahwa dirinya ada diruangan, Aku masih sempat loncat-loncat karena saking kegirangannya. Huh dasar wanita, kontrol diri ya haha. Ada satu kata yang paling

#1 Cerita Sebelum KKN (Kuliah Kerja Nyata)

Nama-nama peserta yang lulus KKN Tematik 2019  Entah bermuara dari mana, akhirnya Aku memutuskan untuk ikut KKN Tematik yang diadakan oleh kampusku UIN Sumatera Utara. Waktu itu yang kutahu kuota peserta KKN Tematik belum penuh maka jadilah Aku mendaftarkan diri sebagai peserta baru dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) yang punya jargon 'cerdas' tersebut. Terbersit niat dihatiku untuk mengikuti KKN jenis ini. Dan biarlah ini menjadi alasan rahasia dariku. Katanya demi kemaslahatan bersama. Beberapa usaha kucoba sebelum akhirnya namaku dinyatakan lulus sebagai peserta KKN Tematik. Harus melapor ke Ketua Jurusan lebih dulu. Bila sudah, barulah boleh melaporkan ke Wakil Dekan III fakultas. Butuh beberapa masa untuk sampai ditahap namaku tercantum sebagai peserta yang disetujui oleh Wakil Dekan III dan siap diserahkan kepada pihak LPPM kampusku. Mondar-mandir antara kantor jurusan, ruang wadek, kelas dan juga sekretariat organisasiku pun mewarnai perj

Laskar Pena #2

Sudah lewat seminggu. Harusnya cerita ini kutulis pada 6 Maret lalu. Tapi yasudah, biarkan malam ini aku menunaikannya. Tak lupa kan kepada Laskar Pena? Secara rutin, Aku mungkin akan menceritakan mereka disini dengan versiku sendiri. Kalau tidak setuju, yasudah. Paling tidak, ceritaku selesai.  Sudah hampir dua minggu lebih Aku menghabiskan waktu dengan beberapa manusia yang harus kubaca satu persatu ceritanya. Meski mereka tak menceritakannya secara langsung, tapi mata dan tingkah laku seperti berkata. divisi redaksi lpm dinamika 2019-2020 Apa salah satu hal yang kusukai saat berkumpul dengan berpasang-pasang mata itu? Adalah cara mereka mendengarkan. Sesederhana itu? Ya memang. Terkadang justru hal-hal sederhana seperti itulah yang menguatkanku sewaktu-waktu. Lantas apalagi hal-hal yang kusenangi saat bersama mereka? Aku senang ketika mereka mau bertanya, mencatat hal-hal penting dan yang terakhir adalah ketika mereka tepat waktu. Cukup mudah kan membuatku senang?

Laskar Pena #1

divisi redaksi lpm dinamika 2019-2020 'Waktu cepat sekali berlalu ya' Agaknya itulah yang kurasakan saat ini. Tak terasa memang. Karena dulu pun tak menyangka akan tetap bertahan sampai kini. Seklise itu.  Tapi sejak itu juga Aku semakin bersyukur. Kenapa? Sebab orang-orang baik senantiasa berada disekelilingku. Entah itu untuk mengingatkan, memberi pelukan atau pun menjadi tong sampah ternyaman eh maksudnya tempat cerita paling aman haha karena mampu mendengarkan segala keluh dan peluh yang dikeluarkan atas hari-hari yang dilalui. Orang-orang baik itu, kusebut mereka dengan 'laskar pena'. Kenapa? insyaAllah mereka disatukan disini dalam tujuan baik yang sama yaitu belajar. Laskar Pena sendiri menggambarkan bahwa mereka adalah pasukan yang siap untuk menulis. Semoga Allah istikamahkan hati mereka untuk selalu menulis dan juga beribadah aamiin. Kata seseorang kepadaku,  "Sekarang kamu sudah menjadi Ibu, Syaf" Aku heran dengan perkataanny

Bertemu Mereka #2

Bagaimana bila bukan mereka yang Tuhan kirimkan ke semesta untuk ku? Bagaimana bila saat itu Aku tak pernah bertemu enam pasang mata itu? Bagaimana bila waktu itu Aku lebih tertarik meninggalkan yang telah ada?  Segala pertanyaan tentang bagaimana telah kutemui jawabannya satu persatu. Ternyata semesta menyimpan rahasia untukku.  Cerita sebelum bertemu mereka (enam perempuan berbagai rasa) : Pada satu waktu orang-orang yang kupikir akan membersamaiku hingga akhir memilih menghentikan perjalanannya. Mereka menyuruhku berjalan sendiri dan tak mengizinkanku menahan mereka lebih lama. Masa demi masa, satu persatu memilih pergi. Ada yang meninggalkan alasan, Ada yang tanpa alasan, Ada yang lupa menunaikan janjinya, Ada yang ringan langkahnya untuk berbelok arah. Meski ku tahu setiap orang pasti punya alasan untuk meninggalkan (meski berat) sekalipun. Dalam selang waktu yang cukup dekat. Berkali-kali kukatakan pada diri sendiri untuk kuat. Untuk tak terlalu memikirka

Bertemu Mereka #1

Tak pernah Aku mengira dikelilingi oleh enam perempuan berbagai rasa ini. Yang kutahu dalam setiap fase kehidupan, Aku akan dipertemukan dengan orang-orang baru. Entah itu nantinya akan menyisakan kenangan manis atau teh tanpa gula, pahit haha.  Sedikit bercerita sebelum bertemu mereka. Aku kira semangatku saat itu akan luntur, sebab satu persatu yang kala itu membersamaiku memilih pergi. Sampai akhirnya kupikir pergi juga adalah hal terbaik yang dilakukan. Namun salah. Keputusanku dipatahkan oleh ketulusan mereka. Terserah mau menilainya seperti apa. Tapi kala itu, kalimat yang mereka ucapkan terdengar sangat sangat tulus ditelingaku. Sampai akhirnya kupikir, akan sangat jahat sekali bila aku juga pergi. Sementara mereka masih ingin berpegangan. Kalimat dari mereka sederhana sekali, namun merobohkan niat tak baik itu.  "Kak, jangan pergi ya. Siapa lagi yang sama kami kalau bukan kakak. Jangan pergi ya kak," begitulah ucap mereka saat sore menjelang malam itu.