Bagaimana bila bukan mereka yang Tuhan kirimkan ke semesta untuk ku? Bagaimana bila saat itu Aku tak pernah bertemu enam pasang mata itu? Bagaimana bila waktu itu Aku lebih tertarik meninggalkan yang telah ada?
Segala pertanyaan tentang bagaimana telah kutemui jawabannya satu persatu. Ternyata semesta menyimpan rahasia untukku.
Cerita sebelum bertemu mereka (enam perempuan berbagai rasa) :
Pada satu waktu orang-orang yang kupikir akan membersamaiku hingga akhir memilih menghentikan perjalanannya. Mereka menyuruhku berjalan sendiri dan tak mengizinkanku menahan mereka lebih lama.
Masa demi masa, satu persatu memilih pergi. Ada yang meninggalkan alasan, Ada yang tanpa alasan, Ada yang lupa menunaikan janjinya, Ada yang ringan langkahnya untuk berbelok arah. Meski ku tahu setiap orang pasti punya alasan untuk meninggalkan (meski berat) sekalipun.
Dalam selang waktu yang cukup dekat. Berkali-kali kukatakan pada diri sendiri untuk kuat. Untuk tak terlalu memikirkan mengapa silih berganti orang datang dan pergi dalam hidupku. Untuk tak terlalu mengingat mengapa silih berganti juga orang dengan mudah melupakan janjinya padaku. Untuk tak terlalu menangisi mengapa silih berganti orang menganggap pergi adalah keputusan terbaik.
Sejak itu, Aku muak pada seseorang yang mengikat janji. Terutama saat mereka sedang senang hatinya. Beberapa tempat dan keadaan selalu berhasil membuatku mengingat kalimat-kalimat manis tentang berjuang dan bertahan. Nyatanya, itu semua menjadi omong kosong. Aku lebih memilih mereka yang diam tapi mencoba meredam yang riuh. Daripada mereka yang mengajak bersama tapi akhirnya berjalan sendiri-sendiri.
Sejak itu pula aku merasa bahwa ditinggalkan berkali-kali ternyata justru menguatkanku. Meski rasa percayaku pernah dipatahkan oleh beberapa orang. Aku tak menutup rasa percaya kepada siapapun yang baru datang. Walau membuka rasa percaya kembali terasa sulit, apalagi kepada orang yang sama.
Dari berbagai hal itu, yang bisa Aku ambil adalah soal penerimaan, sekecil dan sebesar apapun perlakuan yang orang lain berikan. Dari sana, Aku memahami rencana semesta.
Semesta hadirkan mereka (enam perempuan berbagai rasa) kepadaku agar Aku kembali percaya. Bahwa masih ada orang-orang yang ingin berpegangan. Agar tidak sendirian. Agar diperjalanan terasa erat dan menghangatkan. Mungkin mereka lah jawaban atas segala doa. Doa yang sempat kulangitkan agar ada yang membersamaiku dalam perjalanan.
Tuhan, berkali-kali terima kasih karena sudah kirimkan mereka kepadaku. Rasa percayaku telah kembali, meski dulu pernah dipatahkan dan dianggap murah sekali.
Harga sebuah percaya, mahal.
Harga sebuah janji, lunas.
Harga sebuah hadir, bertahan.
Atas segenap yang telah terjadi, mereka menjadi alasan untuk tersenyum setiap hari.