Langsung ke konten utama

Bertemu Mereka #2

Bagaimana bila bukan mereka yang Tuhan kirimkan ke semesta untuk ku? Bagaimana bila saat itu Aku tak pernah bertemu enam pasang mata itu? Bagaimana bila waktu itu Aku lebih tertarik meninggalkan yang telah ada? 

Segala pertanyaan tentang bagaimana telah kutemui jawabannya satu persatu. Ternyata semesta menyimpan rahasia untukku. 

Cerita sebelum bertemu mereka (enam perempuan berbagai rasa) :

Pada satu waktu orang-orang yang kupikir akan membersamaiku hingga akhir memilih menghentikan perjalanannya. Mereka menyuruhku berjalan sendiri dan tak mengizinkanku menahan mereka lebih lama.

Masa demi masa, satu persatu memilih pergi. Ada yang meninggalkan alasan, Ada yang tanpa alasan, Ada yang lupa menunaikan janjinya, Ada yang ringan langkahnya untuk berbelok arah. Meski ku tahu setiap orang pasti punya alasan untuk meninggalkan (meski berat) sekalipun.

Dalam selang waktu yang cukup dekat. Berkali-kali kukatakan pada diri sendiri untuk kuat. Untuk tak terlalu memikirkan mengapa silih berganti orang datang dan pergi dalam hidupku. Untuk tak terlalu mengingat mengapa silih berganti juga orang dengan mudah melupakan janjinya padaku. Untuk tak terlalu menangisi mengapa silih berganti orang menganggap pergi adalah keputusan terbaik.

Sejak itu, Aku muak pada seseorang yang mengikat janji. Terutama saat mereka sedang senang hatinya. Beberapa tempat dan keadaan selalu berhasil membuatku mengingat kalimat-kalimat manis tentang berjuang dan bertahan. Nyatanya, itu semua menjadi omong kosong. Aku lebih memilih mereka yang diam tapi mencoba meredam yang riuh. Daripada mereka yang mengajak bersama tapi akhirnya berjalan sendiri-sendiri.

Sejak itu pula aku merasa bahwa ditinggalkan berkali-kali ternyata justru menguatkanku. Meski rasa percayaku pernah dipatahkan oleh beberapa orang. Aku tak menutup rasa percaya kepada siapapun yang baru datang. Walau membuka rasa percaya kembali terasa sulit, apalagi kepada orang yang sama.

Dari berbagai hal itu, yang bisa Aku ambil adalah soal penerimaan, sekecil dan sebesar apapun perlakuan yang orang lain berikan. Dari sana, Aku memahami rencana semesta.

Semesta hadirkan mereka (enam perempuan berbagai rasa) kepadaku agar Aku kembali percaya. Bahwa masih ada orang-orang yang ingin berpegangan. Agar tidak sendirian. Agar diperjalanan terasa erat dan menghangatkan. Mungkin mereka lah jawaban atas segala doa. Doa yang sempat kulangitkan agar ada yang membersamaiku dalam perjalanan.

Tuhan, berkali-kali terima kasih karena sudah kirimkan mereka kepadaku. Rasa percayaku telah kembali, meski dulu pernah dipatahkan dan dianggap murah sekali.

Harga sebuah percaya, mahal. 
Harga sebuah janji, lunas.
Harga sebuah hadir, bertahan.

Atas segenap yang telah terjadi, mereka menjadi alasan untuk tersenyum setiap hari.

Postingan populer dari blog ini

Bertemu Mereka #1

Tak pernah Aku mengira dikelilingi oleh enam perempuan berbagai rasa ini. Yang kutahu dalam setiap fase kehidupan, Aku akan dipertemukan dengan orang-orang baru. Entah itu nantinya akan menyisakan kenangan manis atau teh tanpa gula, pahit haha.  Sedikit bercerita sebelum bertemu mereka. Aku kira semangatku saat itu akan luntur, sebab satu persatu yang kala itu membersamaiku memilih pergi. Sampai akhirnya kupikir pergi juga adalah hal terbaik yang dilakukan. Namun salah. Keputusanku dipatahkan oleh ketulusan mereka. Terserah mau menilainya seperti apa. Tapi kala itu, kalimat yang mereka ucapkan terdengar sangat sangat tulus ditelingaku. Sampai akhirnya kupikir, akan sangat jahat sekali bila aku juga pergi. Sementara mereka masih ingin berpegangan. Kalimat dari mereka sederhana sekali, namun merobohkan niat tak baik itu.  "Kak, jangan pergi ya. Siapa lagi yang sama kami kalau bukan kakak. Jangan pergi ya kak," begitulah ucap mereka saat sore menjelang malam itu.

Katamu, Kamu Jatuh Cinta

Coba perhatikan baik-baik perasaanmu. Benarkah yang kamu rasakan itu cinta? Atau Cuma dorongan nafsu semata? Sebab yang kutahu, seringkali yang tak tampak itu menipu dirimu. Misalnya ‘cinta’ katamu. Kamu bilang, kamu jatuh cinta ketika pertama kali menemuinya. Ah benarkah? Apa yang pertama kali kamu lihat darinya? Wajahnya? Senyumnya atau setiap centi yang ada pada dirinya? Mengapa kamu begitu mudah menyimpulkannya? Coba teliti lagi dengan perlahan-lahan. Dimana kamu letakkan apa yang kamu lihat? Di matamu atakah di hatimu? Jika mata, mata memang senang melihat yang indah-indah. Lalu bagaimana dengan hati? Benarkah sama rasanya? Jika sama, bertahan berapa lamakah rasa itu? Apakah akan hilang bila kamu temukan senyum orang lain yang lebih indah? Sesungguhnya, kamu sering menipu dirimu. Setiap kali kamu mengatakan kamu jatuh cinta. Kamu tidak melibatkan Tuhan di dalamnya. Kamu hanya melibatkan nafsumu dan berusaha memberikan pembenaran atas rasa yang tumbuh. Kamu seringnya keliru

#3 Cerita Sebelum KKN (Kuliah Kerja Nyata)

Pose tolak liputan seremoni ala Adisi Baik, sini kuberitahu tentang orang-orang yang senantiasa menemani perjalananku selain teman-teman seperjuangan di kelas. Syukurnya Aku ikut salah satu organisasi yang ada di kampus. Organisasi yang seperti rumah tapi bukan rumah sesungguhnya, organisasi yang orang-orang nya kasih satu pelajaran baik padaku. Terlepas dari situ, Aku diamanahkan sebagai pemimpin redaksi yang konon katanya harus memberikan hal terbaik kepada para anggotanya terutama perihal 'membersamai'. Baik secara raga maupun hati wkwk. Namun salah satu dari dua hal itu takkan kulakukan lagi sampai menuju awal Juni 2019. Bukan karena tak ingin, namun ini demi kewajibanku menjalankan tugas negara yakni kukerta (kuliah kerja nyata). Jadilah Aku mengajak diriku setiap malam untuk berpikir mengenai ini. Aku tak sebut ini sebagai salah satu cara meninggalkan mereka (anggotaku) karena memang lah pasal raga saja yang menghalangi kami saat ini. Masalah kah? Tidak. Sel