Tak pernah Aku mengira dikelilingi oleh enam perempuan berbagai rasa ini. Yang kutahu dalam setiap fase kehidupan, Aku akan dipertemukan dengan orang-orang baru. Entah itu nantinya akan menyisakan kenangan manis atau teh tanpa gula, pahit haha.
Sedikit bercerita sebelum bertemu mereka. Aku kira semangatku saat itu akan luntur, sebab satu persatu yang kala itu membersamaiku memilih pergi. Sampai akhirnya kupikir pergi juga adalah hal terbaik yang dilakukan. Namun salah. Keputusanku dipatahkan oleh ketulusan mereka. Terserah mau menilainya seperti apa. Tapi kala itu, kalimat yang mereka ucapkan terdengar sangat sangat tulus ditelingaku. Sampai akhirnya kupikir, akan sangat jahat sekali bila aku juga pergi. Sementara mereka masih ingin berpegangan.
Kalimat dari mereka sederhana sekali, namun merobohkan niat tak baik itu.
"Kak, jangan pergi ya. Siapa lagi yang sama kami kalau bukan kakak. Jangan pergi ya kak," begitulah ucap mereka saat sore menjelang malam itu.
Mungkin, langit menjadi saksi. Detik itu juga, banyak pertanyaan yang hinggap dikepala, tentang mengapa mereka menahanku? Mengapa mereka memelukku seerat itu? Dan mengapa mereka ikut menangis? Apa yang sebenarnya mereka rasakan?
Satu jawaban yang mampu merobohkan niat tak baik itu, yakni mereka menerimaku. Mungkin Aku belum mampu menjadi kakak yang baik bagi enam perempuan yang serumah (jobdesk) denganku. Tapi dari mereka, Aku temukan satu definisi bahagia. Aku bahagia, sungguh. Kalau boleh semesta mengizinkan, Aku ingin mereka tetap menjadi adik-adikku meski ragaku tak lagi dibumi.
Aku merasa sangat beruntung bertemu mereka. Enam perempuan berbagai rasa yang telah membersamaiku dalam beberapa masa, terima kasih.
Tetaplah menjadi adik-adik dengan sejujur-jujurnya sikap dari kalian. Sebab mencari yang tulus, berbeda dengan seseorang yang pergi dengan mulus:)