Langsung ke konten utama

#2 Cerita Sebelum KKN (Kuliah Kerja Nyata)

Satu persatu kekhawatiran yang berulang kali Aku pikirkan, sebaliknya memanglah harus kuselesaikan. Tak ada gunanya memikirkan suatu hal yang justru semakin merumitkan semuanya. Baiklah, akan kumulakan mengenai tuntasnya kekhawatiran pertamaku.

Karena kuliah adalah salah satu prioritasku maka ada rasa yang kurang bila meninggalkan waktu kuliah meski sehari (versi anak baik budi wkwk). Dan demi hal itu, misi selanjutnya adalah mendapatkan restu perihal menggenapkan pertemuan mata kuliahku dengan dosen-dosen yang bersangkutan.

Jujur saja, ada beberapa dosen yang membuatku mati kutu saat meminta izin dihadapannya. Bukan karena tidak bisa menjelaskan maksud kedatanganku menjumpainya. Namun karena respon yang dia berikan seolah-olah melumpuhkan langkah kakiku yang sudah bersemangat sekali menuju ruangannya. Bahkan saat tahu bahwa dirinya ada diruangan, Aku masih sempat loncat-loncat karena saking kegirangannya. Huh dasar wanita, kontrol diri ya haha.

Ada satu kata yang paling kuingat dari salah satu dosen yang Aku jumpai. Bukan kata-kata bijak. Tapi kata-kata yang berhasil membuat pikiranku buyar setelah keluar dari ruangannya. Katanya begini, "Kenapa kamu sendiri yang menyusahkan dirimu, Nak?". Lalu Aku tak menjawab apapun. Karena Aku pikir sepandai apapun Aku 'mengkarenakannya', itu tidak membuat dirinya mau menerima jawabanku. Sebab baginya, posisiku tetaplah mahasiswa yang tugasnya kuliah (belajar).

Setelah dari situ, Aku hampir meragukan apa yang sudah Allah kasih padaku yakni berupa hasil kelulusan kemarin. Dan sampai larut malam pun, Aku selalu kepikiran dengan kalimat yang tadi siang kudengar dari dosenku.

"Mungkin kah pilihanku ini salah?"
"Mungkin kah Aku yang memang sengaja menyusahkan diriku?"
"Mungkin kah kalimat-kalimat 'semangat' dari beberapa orang sebelum Aku dinyatakan lulus saat itu hanyalah alibi belaka?"
"Mungkin kah ini semua permainan?"

Mulailah pikiran negatif menguasai malam-malamku yang memang penuh dengan rasa khawatir saat itu. Namun kutanamkan satu hal dalam hatiku bahwa bila semua ini sudah Allah rencanakan, pastilah itu yang terbaik. Sejak itu, Aku mulai berhenti menyalahkan diriku soal kalimat dari orang lain yang terkadang menampar habis-habisan semangatku. Ya, Aku hentikan semua itu atas dasar Aku percaya Allah Maha Baik.

Bukan cuma soal satu kalimat dari dosen yang membuatku berpikir tiap saat, namun juga penantian yang sebenarnya jadi satu hal paling kubenci tapi harus tetap Aku lakukan. Aku menunggu dosenku berjam-jam untuk meminta restu terkait KKN Tematik.
Saat menunggu dosen keluar dari kelas lain

Celingak-celinguk didepan kelas orang lain sampai menjelang malam, menggerutu tidak jelas, menyimak kalimat sesi penutupan kelas yang diucapkannya seperti "Mari Kita Tutup Kelas Kita Hari Ini Dengan Melafalkan Hamdalah", sampai kepada membututinya dari belakang demi tak kehilangan jejaknya hahaha. Dan pada akhirnya, dia fine-fine saja dengan kabar yang kubawa. Bahkan sempat berpesan agar baik-baik di tempat KKN nanti. Ah ya, dari sana Aku memahami bahwa tampang sangar seseorang tidak berbanding lurus dengan sikapnya.

Hal unik lainnya kudapatkan saat meminta izin kepada kedua orang tua. Lebih dulu Aku bilang ke emak karena waktunya sudah tepat. Respon emak bagus sekali bahkan sampai bertanya panjang lebar mengenai kenapa Aku ikut KKN lebih awal padahal Aku sudah pernah bilang ke emak bahwa UIN SU akan KKN regular saat libur kuliah semester.

Kujelaskan satu persatu sampai emak mengeluarkan satu kalimat. "Iya, diizinkan. Tapi bilang dulu ke Ayah". Hmmm jantungku semakin deg-degan sebab Aku takut Ayah tak bagi izin anak perempuannya ini untuk pergi sebulan ke kampung orang. Tiba lah malam hari, kulihat ayah tidak terlalu sibuk. Maka aku buka bicara. 

(Beginilah kira-kira percakapan singkat kami didepan televisi saat tayang acara kesukaan ayah yaitu 'Indonesia Lawyers Club')

"Yah, Aku lulus KKN Tematik di Samosir"
"Dimananya itu?"
"Di Desa Tuk Tuk Siadong Yah"
"Kok jauh kali. Katanya KKN ga jauh-jauh lagi. Ini kok dah sampai ke Danau Toba segala kalian?"
"Karena memang udah itu Yah programnya. Tempatnya memang udah diterapkan dari sana"

. . .

Dan sampai kepada kalimat ayah yang berhasil membuat hatiku berbunga-bunga.
"Yaudah baik-baik nanti disana Yah. Pande-pande jaga diri. Selalu minta temani sama kawannya. Jangan kemana-mana sendirian. Jaga kesehatannya, makannya, dan siapkan barang-barang yang diperlukan untuk kesana. Jangan lasak-lasak", kata Ayah.
Akhirnya, satu persatu kekhawatiran itu beres juga.

Syaf, percaya lah. Selama kamu mau mengusahakan dan terus berdoa, tidak ada yang tidak mungkin bahkan soal kekhawatiran terbesarmu sekali pun.


Bersambung

Komentar

Bembengers mengatakan…
Tentang abang gak ada?
Syafrita mengatakan…
Wkwkw takdee

Postingan populer dari blog ini

#5 Cerita Sebelum KKN (Kuliah Kerja Nyata)

foto bersama sebelum keberangkatan ke Samosir Baiklah, ini akan menjadi bagian penutup pada cerita sebelum KKN. Sebab setelahnya, perjalanan akan semakin panjang. Selama 30 hari di negeri indah kepingan surga, ya Samosir tepatnya. Usai mengikuti pembekalan pada akhir April 2019, kami pun diberangkatkan pada 1 Mei 2019. Sebelum pemberangkatan itu terjadi, Aku sudah menyiapkan perlengkapan yang akan ku bawa ke sana. Aku membawa satu koper sedang yang berisi baju serta perlengkapan salat, dua buah goody bag yang masing-masing berisi perlengkapan makan dan juga mandi, satu ransel yang berisi buku bacaan dan makanan ringan. Tak lupa, membawa bantal+selimut yang sudah kumasukkan lebih dulu di dalam koper. Karena kenyamanan tidur dengan bantal pastilah dibutuhkan selama KKN hahaha (demi leher tidak encok). Sesuai informasi yang kudapatkan, kami akan diberangkatkan dari kampus 1 UIN SU usai salat isya. Namun, karena takut tak ada yang akan mengantarkan ke sana akhirnya Aku pun memi

Bertemu Mereka #1

Tak pernah Aku mengira dikelilingi oleh enam perempuan berbagai rasa ini. Yang kutahu dalam setiap fase kehidupan, Aku akan dipertemukan dengan orang-orang baru. Entah itu nantinya akan menyisakan kenangan manis atau teh tanpa gula, pahit haha.  Sedikit bercerita sebelum bertemu mereka. Aku kira semangatku saat itu akan luntur, sebab satu persatu yang kala itu membersamaiku memilih pergi. Sampai akhirnya kupikir pergi juga adalah hal terbaik yang dilakukan. Namun salah. Keputusanku dipatahkan oleh ketulusan mereka. Terserah mau menilainya seperti apa. Tapi kala itu, kalimat yang mereka ucapkan terdengar sangat sangat tulus ditelingaku. Sampai akhirnya kupikir, akan sangat jahat sekali bila aku juga pergi. Sementara mereka masih ingin berpegangan. Kalimat dari mereka sederhana sekali, namun merobohkan niat tak baik itu.  "Kak, jangan pergi ya. Siapa lagi yang sama kami kalau bukan kakak. Jangan pergi ya kak," begitulah ucap mereka saat sore menjelang malam itu.

What is your hobby?

Aku jatuh cinta pada dunia tulis menulis. Terutama pada kata-kata yang membutuhkan nurani untuk menerjemahkan nya. Meski tersurat, namun sebenarnya banyak juga yang tersirat. Seingatku, kala itu aku masih kelas 6 SD dan sungguh ingin sekali menuliskan apapun yang di alami setiap harinya. Dan hal itu dimulai pada buku kecil yang sering sekali aku sebut “diary”. Aku menuliskan apa saja disana. Mulai dari cerita mengesalkan sampai kepada biodata-biodata teman sekelasku yang ingin aku kumpulkan. Yaah, entah untuk apa. Namun ketika aku membaca tulisan itu kembali, aku tertawa sendiri. Tawa yang menyadari bahwa ternyata anak SD itu benar-benar masih polos dan putih. Oh iya, aku juga ingat pada waktu itu aku sangat menyukai buku buku bergambar untuk dijadikan diary. Rasanya indah sekali untuk dibaca. Dan hal yang harus aku terima adalah aku kehilangan diary pertama ku. Rasanya kesal sekali tapi yasudahlah.. tidak apa-apa. Toh kan masih ada ingatan dalam kepala yang InshaAllah takkan hilang he