Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Tentang Adik Asuh #2

Kabar menyenangkan ini datang dari tiga adik asuhku. Usai melewati banyak pelatihan, tugas dan berbagai tantangan lainnya. Akhirnya mereka dinyatakan lulus dan menjadi bagian dari Dinamika. Meski harus menikmati mata yang sembab sehabis hujan mendarat di pipi masing-masing. Haru rasanya menyaksikan itu semua. Namun terlepas dari itu, ada pelajaran berharga yang patut diingat sampai kapan pun. Bahwa sesuatu yang berharga takkan bisa didapatkan dengan mudah. Butuh perjuangan, kan? Nah maka jangan pernah disia-siakan. Hari itu tepat pada 23 Desember 2018 , senyum sumringah menghiasi wajah mereka. Mereka masih tak percaya telah menjadi bagian dari Dinamika. Sorak sorai, pelukan hangat serta terik mentari saat itupun bersatu padu. Ah, akupun pernah berada diposisi itu. Terkenang rasanya. Meski tak tahu apa cerita mereka nantinya saat diperjalanan, maka biarkan aku menerkanya. Sepanjang perjalanan mereka akan cerita tentang apapun yang barusan mereka alami, ceritanya ta

Menjadi Reporter #1

reporter kampus yang berkunjung ke kantor tv one sumut Tak pernah menduga akan diletakkan pada subdivisi yang katanya kuli tinta ini. Tapi setelah menjalani, berusaha menerima seikhlas hati dan mengikuti segalanya. Akhirnya aku mengambil kesimpulan bahwa menjadi reporter membuatku harus menerima banyak tantangan. Kenapa begitu? Baiklah akan kuberitahu. Mungkin yang sudah kenal denganku cukup lama akan tahu bagaimana perubahan diriku sekarang. Penakut adalah Aku yang dulu (sekarang pun masih hahaha). Tak berani berbicara didepan orang baru, gemetaran jika ingin menyampaikan sesuatu bahkan tak memiliki bekal awal untuk menulis semacam liputan yang butuh bertemu orang baru untuk diwawancarai. Hobiku dulu hanya menuliskan segala sesuatunya dalam diary. Hingga tersadar saat membaca tulisan yang dulu, sedikit jijik rasanya hahaha. Tapi tak apa, itulah yang dinamakan awal (sejak itu Aku suka menulis cerita bahkan mengarang sebebas-bebasnya, seenak jidat saja). Baik, kembali ke topi

Tentang Adik Asuh #1

Proses Mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan semua yang aku alami sejak masuk dunia tanpa kompromi itu. Meski sadar belum sepenuhnya bermanfaat untuk sekitar, dari sana aku belajar berbagi. Sekecil apapun. Tepat pada 3 Oktober lalu, Aku kebagian kakak asuh dengan 5 adik asuh didalamnya. Ada Akbar, Fitrah, Amita, Junita dan Khairun nisa. Pertemuan pertama kami adalah pada sore menuju senja di 10 Oktober 2018. Taman menjadi tempat pilihanku karena letaknya yang tak jauh dari sekretariat. Sedikit bingung awalnya ingin membuka pembicaraan seperti apa. Maklumlah, terkadang apa yang keluar dari mulut tak sejalan dengan yang ada di fikiran. Aku mencoba memulainya dengan perkenalan diri. Kuperkenalkan diriku didepan tiga pasang mata saat itu, sebab yang hadir hanya Amita, Junita dan juga  Akbar. Bagaimana rasanya pertama kali berkenalan dengan adik asuh? Ya, rasanya menyenangkan. Meski dag dig dug selalu menyertai degup jantungku. Mereka pun demikian, kupersilahkan untuk mem

Pesan Untukmu #2

Hey, sini kubisikkan sesuatu. Aku tak mau kau terlalu banyak menerima nasihat dari orang lain. Meski pada akhirnya kau akan membuang segala perkataan itu ke tong sampah. Hey, dengarkan baik-baik kalimatku ini. Kau tidak harus selalu menyakiti dirimu. Kau boleh menangis, boleh bersedih, boleh tertawa bahkan boleh bahagia. Itu hak batinmu. Jangan kau batasi. Meski sering kali kepura-puraan selalu menutupi binar matamu. Hey, dimanapun kau berada. Kau tak selalu bisa menemukan seseorang yang kau pikir sudah kau anggap tepat. Tapi ternyata justru sebaliknya. Kau tidak pernah menemukan orang yg tepat. Kau lupa bahwa setiap org pandai memainkan perannya dipanggung sandiwara ini. Hey, terima saja bila sesiapapun menjauh darimu. Tak usah paksakan kakinya selalu berpijak didekatmu. Kau harus siap atas segala ketidakpastian yang mungkin terjadi. Bak ditebas pedang, harapan yang sempat kau tumbuhkan pun lenyap seketika. Bahkan tak kau temui rimbanya kemana. Hey, jangan sepenuhnya menyalahkan

Pesan Untukmu #1

Tetaplah kuat Tetaplah bertahan Ingatlah guratan demi guratan yang terpancar diwajah kedua orangtuamu Ingatlah impian-impian yang sering mereka langitkan karenamu Ingatlah segala perjuangan yang mereka korbankan demi memenuhi segala kebutuhanmu Kelak, bahumu yang terasa mulai rapuh akan segera kokoh oleh senyuman manis mereka. Kelak, matamu yang sendu akan berpijar saat melihat binar mata mereka. Kelak, segala kalimat tanya yang berawal "Ada apa denganmu?" akan segera berubah menjadi "Semoga bahagia selalu membersamaimu". Kuatkan batin, fikiran, hati dan tubuhmu. Jangan lupakan porsi mereka. Bila mereka lelah, istirahatkan mereka sejenak. Bila kamu sangat mencintai semesta, kamu tak boleh lupa untuk mencintai dirimu juga. Dan berhentilah berpura-pura. Bahagia yang dipancarkan dgn pura-pura justru semakin menyiksa dirimu. Ketidaksanggupanmu menyakiti orang lain justru menjadi senjata bagimu untuk menyakiti dirimu sendiri. Memang benar 'berlaku baik'

Menjadi yang Terbaik diantara Penduduk Langit

Aku melihat lautan manusia. Masing-masing membawa ego dalam kepala. Bukan itu saja. Aku melihat hal-hal yang tak tampak di pelupuk mata namun bisa terasa, nyata sekali. Aku melihat banyak manusia yang berlomba-lomba menjadi yang terbaik menurut versi penduduk bumi. Mereka bahkan ada yang bersikukuh mempertahankan tamengnya demi tropi yang nantinya mereka terima. Aku tidak menyalahkan semua ambisi itu. Bagiku, wajar saja. Selagi masih tinggal di bumi. Apa salahnya meraih hal-hal semacam itu? Tak ada. Namun terkadang kita lupa. Lupa akan sesuatu yg ternyata begitu penting bila ditelaah lebih jauh. Terkadang, kita bergantung pada versi 'terbaik' menurut manusia. Kita mengatur kata-kata kita serapih mungkin agar bisa diterima. Kita mengatur sikap kita sesopan mungkin agar bisa dikata, "Oh iya anak itu sopan sekali. Aku suka sikapnya". Kita mengatur segala sesuatunya agar bisa diterima dengan baik. Dan berusaha menjadi versi terbaik menurut mereka. Lalu saat kamu p

Surat Darinya

Semua itu terbantahkan hari ini. Katanya, dia menyukai binar mataku. Katanya lagi, saat melihat mataku dia bisa membaca segala sesuatu perihal aku. Ah lagi dan lagi aku tak mengerti mengapa ada orang yang seperti itu. Pesannya singkat sekali. Yang kutangkap dari pesannya via WA itu adalah dia ingin aku merangkul yang lainnya, meski tidak ada seorangpun yang merangkulku.  Kala segenap rasa itu menumpuk menjadi satu. Aku ingin menceritakannya kepada satu orang saja. Kusebut dia teman. Namun lambat laun aku kehilangannya. Bukan karena aku ataupun dia yang pergi. Tapi sebab waktu yang memaksa kami untuk tidak tinggal bersama lagi. Lagi, aku termakan janji-janji manis.  Aku terlalu mudah percaya pada seseorang. Bila aku mengizinkan seseorang masuk untuk mengenal ruang kosong dalam diriku. Itu artinya, aku mempercayakannya. Bila aku telah melakukannya. Maka jangan coba untuk mempermainkannya. Sebab itu juga aku mudah kecewa.  Dulu, pernah kukatakan didepan 5 pasang mata bahwa aku