Langsung ke konten utama

Laskar Pena #2

Sudah lewat seminggu. Harusnya cerita ini kutulis pada 6 Maret lalu. Tapi yasudah, biarkan malam ini aku menunaikannya.

Tak lupa kan kepada Laskar Pena? Secara rutin, Aku mungkin akan menceritakan mereka disini dengan versiku sendiri. Kalau tidak setuju, yasudah. Paling tidak, ceritaku selesai. 

Sudah hampir dua minggu lebih Aku menghabiskan waktu dengan beberapa manusia yang harus kubaca satu persatu ceritanya. Meski mereka tak menceritakannya secara langsung, tapi mata dan tingkah laku seperti berkata.


divisi redaksi lpm dinamika 2019-2020

Apa salah satu hal yang kusukai saat berkumpul dengan berpasang-pasang mata itu? Adalah cara mereka mendengarkan. Sesederhana itu? Ya memang. Terkadang justru hal-hal sederhana seperti itulah yang menguatkanku sewaktu-waktu.

Lantas apalagi hal-hal yang kusenangi saat bersama mereka? Aku senang ketika mereka mau bertanya, mencatat hal-hal penting dan yang terakhir adalah ketika mereka tepat waktu. Cukup mudah kan membuatku senang?

Baiklah, ini pertemuan kedua kami dengan personel yang belum lengkap. Tentu seiring berjalannya waktu, tetap saja Aku meminta kepada Yang Maha Kuat agar kami senantiasa dikuatkan dengan cara-cara yang sudah Tuhan rencanakan.

Semesta, bila permintaanku ini adalah yang paling egois.
Izinkan kami tetap bersama :)



Komentar

Devi junita sari mengatakan…
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Rizka N mengatakan…
Frita ikutin blog awak yaa.

Postingan populer dari blog ini

Bertemu Mereka #1

Tak pernah Aku mengira dikelilingi oleh enam perempuan berbagai rasa ini. Yang kutahu dalam setiap fase kehidupan, Aku akan dipertemukan dengan orang-orang baru. Entah itu nantinya akan menyisakan kenangan manis atau teh tanpa gula, pahit haha.  Sedikit bercerita sebelum bertemu mereka. Aku kira semangatku saat itu akan luntur, sebab satu persatu yang kala itu membersamaiku memilih pergi. Sampai akhirnya kupikir pergi juga adalah hal terbaik yang dilakukan. Namun salah. Keputusanku dipatahkan oleh ketulusan mereka. Terserah mau menilainya seperti apa. Tapi kala itu, kalimat yang mereka ucapkan terdengar sangat sangat tulus ditelingaku. Sampai akhirnya kupikir, akan sangat jahat sekali bila aku juga pergi. Sementara mereka masih ingin berpegangan. Kalimat dari mereka sederhana sekali, namun merobohkan niat tak baik itu.  "Kak, jangan pergi ya. Siapa lagi yang sama kami kalau bukan kakak. Jangan pergi ya kak," begitulah ucap mereka saat sore menjelang malam itu.

Katamu, Kamu Jatuh Cinta

Coba perhatikan baik-baik perasaanmu. Benarkah yang kamu rasakan itu cinta? Atau Cuma dorongan nafsu semata? Sebab yang kutahu, seringkali yang tak tampak itu menipu dirimu. Misalnya ‘cinta’ katamu. Kamu bilang, kamu jatuh cinta ketika pertama kali menemuinya. Ah benarkah? Apa yang pertama kali kamu lihat darinya? Wajahnya? Senyumnya atau setiap centi yang ada pada dirinya? Mengapa kamu begitu mudah menyimpulkannya? Coba teliti lagi dengan perlahan-lahan. Dimana kamu letakkan apa yang kamu lihat? Di matamu atakah di hatimu? Jika mata, mata memang senang melihat yang indah-indah. Lalu bagaimana dengan hati? Benarkah sama rasanya? Jika sama, bertahan berapa lamakah rasa itu? Apakah akan hilang bila kamu temukan senyum orang lain yang lebih indah? Sesungguhnya, kamu sering menipu dirimu. Setiap kali kamu mengatakan kamu jatuh cinta. Kamu tidak melibatkan Tuhan di dalamnya. Kamu hanya melibatkan nafsumu dan berusaha memberikan pembenaran atas rasa yang tumbuh. Kamu seringnya keliru

#3 Cerita Sebelum KKN (Kuliah Kerja Nyata)

Pose tolak liputan seremoni ala Adisi Baik, sini kuberitahu tentang orang-orang yang senantiasa menemani perjalananku selain teman-teman seperjuangan di kelas. Syukurnya Aku ikut salah satu organisasi yang ada di kampus. Organisasi yang seperti rumah tapi bukan rumah sesungguhnya, organisasi yang orang-orang nya kasih satu pelajaran baik padaku. Terlepas dari situ, Aku diamanahkan sebagai pemimpin redaksi yang konon katanya harus memberikan hal terbaik kepada para anggotanya terutama perihal 'membersamai'. Baik secara raga maupun hati wkwk. Namun salah satu dari dua hal itu takkan kulakukan lagi sampai menuju awal Juni 2019. Bukan karena tak ingin, namun ini demi kewajibanku menjalankan tugas negara yakni kukerta (kuliah kerja nyata). Jadilah Aku mengajak diriku setiap malam untuk berpikir mengenai ini. Aku tak sebut ini sebagai salah satu cara meninggalkan mereka (anggotaku) karena memang lah pasal raga saja yang menghalangi kami saat ini. Masalah kah? Tidak. Sel